Home > Fiksi > Seorang Perempuan Dan Sebuah Rahasia

Seorang Perempuan Dan Sebuah Rahasia

Namanya Aura.
Siapapun tak akan bisa menyangkal kecantikannya.
Tak terhitung berapa laki-laki yang telah jatuh cinta. Tak terhitung pula berapa laki-laki yang patah hati lantaran cintanya kandas ditolak Aura. Sayang Aura terlalu misterius untuk dicintai.Dia selalu datang dan pergi sesuka hatinya. Dan semua laki-laki itu tak pernah tahu, kapan Aura datang dan ke mana Aura pergi.

Namanya Aura.
Aku mengenalnya, aku jatuh cinta, dan aku memujanya hingga di luar akal.
Tapi waktu itu aku belum berani menyatakan cinta. Aku lebih pantas disebut sebagai lelaki pengecut yang merasa dirinya telah jatuh cinta. Yang kulakukan sangat menyedihkan. Aku mencuri foto-foto Aura, menyimpannya di kamarku, dan tiap malam memandangi foto-foto itu, menciuminya sambil membayangkan bercinta dengan Aura.

Hingga tengah malam itu tiba.
Hujan deras dan petir yang bersahut-sahutan, Aura berdiri di depan pintu rumahku dengan mata sembab, nafas beraroma alkohol, rambut dan pakaian yang acak-acakan. Nafasnya tersengal-sengal seperti baru saja berlari jauh. Boleh aku menginap semalam di sini? tanyanya. Hanya malam ini, lanjutnya kemudian. Melihat keadaanya seperti itu, dan diliputi was-was karena takut ketahuan tetangga kanan kiri, aku cepat mengiyakan. Aku kemudian membuka pintu rumahku lebih lebar dan menyilakan Aura masuk.

Tapi yang terjadi berikutnya benar-benar di luar dugaanku.
Aura tiba-tiba terisak, lalu memelukku sangat erat. Sungguh aku tak paham apa yang sudah terjadi padanya. Aku kemudian bertanya, Kamu kenapa? Tapi dia tidak menjawab. Hanya menatapku lekat-lekat, lalu mengecup bibirku lembut, dan sekejap kemudian mendorong tubuhku hingga jatuh ke sofa.

Malam itu Aura mengajarkan aku menjadi lelaki seutuhnya. Hujan, petir, tirai, dan sofa ruang tamuku menjadi saksinya.

*

“Sudah?” tanya kakek peramal dengan setumpuk kartu di tangannya itu.
“Sudah,” jawab Adam setelah mengakhiri ceritanya.
“Jadi kau ingin tahu, kenapa perempuan itu tiba-tiba datang lagi setelah lima tahun tak kau dengar kabarnya?”
“Benar, kek.” Jawab Adam. “Untuk itulah saya datang ke sini.”
“Ambil satu kartu, pakai tangan kiri.” Perintah kakek itu. Tangannya menyodorkan setumpuk kartu. Adam menarik kartu yang berada di tengah tumpukan, membukanya dengan hati-hati, lalu meletakkan kartu itu di meja.
“Apa artinya, kek?” tanya Adam.
Kakek itu tidak menjawab, hanya menghela nafas panjang. Dan tak lama kemudian matanya terlihat mulai berkaca-kaca.
“Ada apa, kek?” tanya Adam khawatir. “Apa yang kakek lihat?” sambungnya.
“Maaf, anak muda…” jawab kakek itu lirih.
“Ada apa, kek? Sesuatu yang kurang baikkah?”
Kakek itu kembali menghela nafas panjang. “Rahasia,” bisik kakek itu pelan.

***

Categories: Fiksi Tags: , ,
  1. Pia
    06/07/2010 at 8:57 am

    mau komen? RAHASIA 😀

  2. 23/03/2011 at 7:11 pm

    Saya suka rahasia,
    saya hanya tidak suka bila perasaan saya sia- sia.

  1. No trackbacks yet.

Leave a reply to Marsha Cancel reply